Religiositas Masyarakat Dayak Lintas Agama berbasis Falsafah Huma Betang di Kalimantan Tengah
Main Article Content
Abstract
In the context of diversity, the Dayak community engages in interfaith encounters based on the philosophy of Huma Betang. Referring to this, this paper analyzes the religiosity of the Dayak community in interfaith contexts based on the Huma Betang philosophy and constructs a model of interfaith dialogue rooted in local wisdom in Central Kalimantan. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach and a descriptive-analytical type. The research findings reveal that the Huma Betang philosophy plays a significant role for the Dayak community. It serves as the foundation for social-religious practices that emphasize humanity and hospitality, which shape the religiosity of the Dayak people in Central Kalimantan. In this case, religiosity based on the Huma Betang philosophy fosters humanistic dialogue. The Dayak community practices this humanistic dialogue in both formal and non-formal spaces, grounded in values of humanity and harmony. Thus, the humanistic dialogue model based on Huma Betang plays a crucial role in maintaining interfaith harmony.
Dalam konteks keberagaman, masyarakat Dayak melakukan perjumpaan lintas agama dengan didasarkan falsafah Huma Betang. Merujuk pada hal tersebut, tulisan ini menganalisis religiositas masyarakat Dayak lintas agama berbasis falsafah Huma Betang dan mengonstruksi model dialog antar agama berbasis kearifan lokal di Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan jenis deskriptif-analisis. Hasil penelitian menemukan bahwa falsafah Huma Betang memiliki peran yang penting bagi masyarakat Dayak. Falsafah Huma Betang sebagai landasan praktik kehidupan sosial keagamaan yang menekankan pada aspek kemanusiaan dan hospitalitas. Hal inilah yang membentuk religiositas masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Dalam hal ini, religiositas berbasis falsafah Huma Betang membentuk dialog humanistik. Masyarakat Dayak mempraktikkan dialog humanistik di ruang perjumpaan formal dan non-formal dengan berlandaskan pada nilai kemanusiaan dan keharmonisan. Dengan demikian, model dialog humanistik berbasis Huma Betang berperan penting dalam merawat kerukunan umat beragama.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Adu, Philip, and Anthony D. Miles. Research Methods: A Step-By-Step Guide to Writing Up Your Research in the Social Sciences. New York: Routledge Publisher, 2024.
Ahmad, Jumal. Religiositas: Refleksi Dan Subjektivitas Keagamaan. Yogyakarta: Deepublish Budi Utama, 2020.
Bunu, Helmuth Y. Metodologi Penelitian Kualitatif Kontemporer. Jakarta: Jenggala Pustaka Utama, 2015.
Chia, Philip Suciadi. “Pancasila and Covenantal Pluralism in Indonesia: A Historical Approach.” Transformation: An International Journal of Holistic Mission Studies 39, no. 2 (April 30, 2022): 91–98.
Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Djohan Effendi. Pluralisme Dan Kebebasan Beragama. Yogyakarta: Interfidei, 2010.
Fletcher, Jeannine Hill. “Women in Inter-Religious Dialogue.” In The Wiley-Blackwell Companion to Inter-Religious Dialogue. Chichester: Wiley-Blackwell, 2013.
Hamidah, Noor, and Tataw Wijaya Garib. Betang: Tipomorfologi Pemukiman Kalimantan Tengah. Yogyakarta: Kanisius, 2019.
Herman, Herman, Haris Munandar, Annisa Annisa, and Tanti Apriani. “Huma Betang Philosophy Based on Social Studies Learning Through E-Book Application.” The Innovation of Social Studies Journal 4, No. 1 (September 21, 2022): 34.
Jaenudin, Ujam, and Tahrir Tahrir. “Studi Religiusitas, Budaya Sunda, Dan Perilaku Moral Pada Masyarakat Kabupaten Bandung.” Jurnal Psikologi Islam dan Budaya 2, No. 1 (April 30, 2019): 1–8.
K. Wardani, Laksmi, Ronald H.I. Sitindjak, and Poppy F. Nilasari. “Sustainability of Betang House’s Cultural Wisdom in Central Kalimantan.” KnE Social Sciences (September 2, 2020).
Lattu, Izak Y.M. Rethinking Interreligious Dialogue: Orality, Collective Memory and Christian-Muslim Engagement in Indonesia. Netherland: Brill Publisher, 2023.
Lukman, Anggia Amanda. “Pewarisan Nilai sebagai Pembentuk Kepribadian Berkarakter Melalui Falsafah Huma Betang Suku Dayak Kalimantan.” SOSIETAS 8, No. 1 (August 16, 2018).
Maunati, Yekti. Identitas Dayak: Komodifikasi Dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta: LkIS, 2004.
Mulyatno, Carolus Borromeus, and Yosaphat. “Praktik Bergotong-Royong Dalam Hidup Bermasyarakat Sebagai Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila.” Jurnal Kewarganegaraan 6, No. 2 (2022): 4624–4634.
Nuban Timo, Ebenhaizer I. Meng-Hari-Ini-Kan Injil Di Bumi Pancasila. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.
Pattiasina, Sharon Michelle O, Izak Y M Lattu, and Ebenhaizer I Nuban Timo. “Perempuan Dan Liminalitas Perdamaian: Hubungan Islam-Kristen Dalam Liminalitas Simbolik Kain Gandong di Maluku.” PALASTREN Jurnal Studi Gender 11, No. 2 (December 10, 2018): 205–232.
Poerwadi, Petrus, and Misnawati. Deder Dan Identitas Kultural Dayak Ngaju. Bogor: Guepedia, 2021.
Prasetya, Dedi. Melestarikan Kearifan Lokal Dan Situs Budaya Kalimantan Tengah. Jakarta: Rajawali Press, 2021.
Sandi, John Retei Alfri. Lembaga Adat Dan Hak-Hak Adat Masyarakat Dayak Dalam Pusaran Politik. Banten: An1mage, 2019.
Simatupang, M, and M. Beka. “Filosofi Huma Betang Dan Keberagaman Masyarakat Dayak.” Relinesia: Jurnal Kajian Agama Dan Multikulturalisme Indonesia 1, No. 1 (2022): 39–47.
Solikin, Asep. “Internalisasi Kearifan Lokal Huma Betang Sebagai Upaya Pencegahan Paham Radikalisme.” Pedagogik: Jurnal Pendidikan 19, No. 1 (March 25, 2024): 28–39.
Suranto, Suranto. “Manifestasi Kearifan Lokal Sebagai Akar Nasionalisme Pancasila Pada Dialog Lintas Agama Di Kaloran, Temanggung.” Jurnal Pencerahan 11, No. 2 (April 26, 2019): 83–98.
Syaikhu, H. Internalisasi Hukum Waris: Menakar Sistem Hukum Waris Dalam Budaya Kearifan Lokal. Yogyakarta: K-Media, 2020.
Titaley, John A. Religiositas Di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme Dan Transformasi Agama-Agama. Salatiga: Satya Wacana Press, 2013.
Wiguna, Teguh Musa, Absori, Suriansyah Murhaini, and Arief Budiono. “Huma Betang-Based Resolution of Mining Land Conflicts: Belom Bahadat Legal Culture of Bakumpai Dayak Community in Central Kalimantan, Indonesia.” Lex localis - Journal of Local Self-Government 22, No. 3 (July 31, 2024): 47–65.