Manusia sebagai Homo Digitalis Suatu Wacana Teologi Publik Gereja Atas Keterlemparan Manusia di Ruang Digital
Main Article Content
Abstract
There is a new term or embedding given to humans when they enter the 21st century, namely Homo Digitalis. This term is reasonable because dependence on technology has become a trend in this era. Humans seem to depend on technology for all aspects of their lives. Technology is good because it makes things easier for people, but if it is not used wisely, the potential for damage exists. Even so, the presence of technology has still really helped humans. The church felt it, too. Theology as a science has the task of discussing this phenomenon. Therefore, this article will utilize literature studies and Public Theology approaches to dissect the issue of Homo Digitalis and throw it into the digital space. Human dislocation in the digital space is a fact, and this is a finding and recommendation for developing other research related to this issue. The ultimate goal of this article is to become an instrument for churches and congregations to respond to technological developments.
Ada istilah atau penyematan baru yang diberikan kepada manusia ketika memasuki abad 21 ini yaitu Homo Digitalis. Istilah ini sebenarnya beralasan sebab di era ini ketergantungan terhadap teknologi sudah merupakan trend. Manusia seperti menggantungkan seluruh aspek kehidupannya kepada teknologi. Hadirnya teknologi sebenarnya baik karena memudahkan manusia tetapi jika tidak secara arif digunakan maka potensi merusak itu ada. Sekalipun demikian, tetap saja kehadiran teknologi sudah amat membantu manusia. Gereja pun turut merasakannya. Teologi sebagai ilmu pengetahuan punya tugas mendiskusikan fenomena ini. Karena itu, tulisan ini akan menggunakan metode studi literatur dan pendekatan teologi publik dalam membedah isu Homo Digitalis dan keterlemparannya di ruang digital. Keterlemparan manusia di ruang digital merupakan fakta yang benar adanya dan ini menjadi temuan dan rekomendasi untuk pengembangan penelitian lain terkait isu ini. Tujuannya akhir dari tulisan ini yakni menjadi instrumen bagi gereja dan jemaat di dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
References
Adiprasetya, Joas. Gereja Pasca Pandemi Merengkuh Kerapuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021.Google Scholar
———. “In Search Of A Christian Public Theology In The Indonesian Context Today.” DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 12, no. 1 (April 22, 2013): 103–124. https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/view/121.
———. “Nabi Dan Sahabat: Teologi Publik Sebagai Keterlibatan Simbolis.” BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 5, no. 2 (December 31, 2022): 283–299. https://jurnalbia.com/index.php/bia/article/view/413.
Doak, Mary. Reclaiming Narrative for Public Theology. New York: State University of New York Press, 2004.
Dreyer, Wim A. “Being Church in the Era of ‘Homo Digitalis.’” Verbum et Ecclesia 40, no. 1 (November 13, 2019): 1–7. http://www.ve.org.za/index.php/VE/article/view/1999.
Hardiman, F. Budi. Aku Klik Maka Aku Ada. Yogyakarta: Kanisius, 2021. Google Scholar
———. “Manusia Dalam Prahara Revolusi Digital.” DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 17, no. 2 (October 15, 2018): 177–192. https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/view/252.
Hasan, Noorhaidi. “Teologi Publik, Gus Dur, Dan Moderasi Beragama.” Media Indonesia. Last modified 2022. Accessed September 13, 2023. https://mediaindonesia.com/opini/463019/teologi-publik-gus-dur-dan-moderasi-beragama.
Juhani, Sefrianus. “Mengembangkan Teologi Siber Di Indonesia.” Jurnal Ledalero 18, no. 2 (2019): 245–266. http://ejurnal.iftkledalero.ac.id/index.php/JLe/article/view/189.
Keriapy, Frets. “Pendidikan Agama Kristen Dalam Ruang Publik Virtual: Sebuah Analisis Pemikiran Jürgen Habermas.” Harati: Jurnal Pendidikan Kristen 2, no. 2 (2022): 116–126. https://doi.org/10.54170/harati.v2i2.
Nalle, Bobby Daniel. “Sekularisasi, Kultur Digital Dan Geliat Agama: Tantangan Dan Sketsa Berteologi Digital Di Indonesia.” KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi 7, no. 2 (December 31, 2021): 266–290. https://e-journal.iaknambon.ac.id/index.php/KNS/article/view/253.
Nulik, Eritrika A, Arly E. M de Haan, and Anika C. Takene. “Teologi Keanggotaan Gereja Di Era Digital.” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 8, no. 1 (2023): 91–100. https://www.sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view/917.
Pakpahan, Binsar Jonathan. “Mencari Definisi Kehadiran Antar-Subjek Yang Bermakna Di Ruang Digital.” BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 4, no. 1 (June 28, 2021): 1–18. http://www.jurnalbia.com/index.php/bia/article/view/219.
Rumbay, Christar Arstilo. “Christology in Digital Era: A Socio-Systematic Theology Contribution to the Sustainable Smart Society.” PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 16, no. 1 (May 29, 2020): 15–23. http://journal.stbi.ac.id/index.php/PSC/article/view/70.
da Silva, Aline A. “The Diverse Ways of Being Church in the Digital Society and in Times of Pandemic.” In Digital Ecclesiology: A Global Conversation, 7–14. Digital Religion Publications, 2020. https://doi.org/10.21423/digitalecclesiology.
Snijders, Adelbert. Antropologi Filsafat: Manusia, Paradoks Dan Seruan. Yogyakarta: Kanisius, 2004.
Supeli, Karlina. “Ruang Publik Dunia Maya.” In Ruang Publik, edited by F. Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius, 2010. Google Scholar
Widi, Shilvina. “Https://Dataindonesia.Id/Internet/Detail/Pengguna-Media-Sosial-Di-Indonesia-Sebanyak-167-Juta-Pada-2023.” DataIndonesia. Last modified 2023. Accessed September 10, 2023. https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-sebanyak-167-juta-pada-2023.